Seperti hari-hari biasanya si
cicak pergi pagi hari mencari makan untuk keluarganya hingga sore hari.
Dengan kemampuannya mampu menangkap mangsanya dengan lidahnya si cicak selalu
membawa pulang makanannya untuk disantap bersama dengan keluarganya. Hal itu
terus dia lakukan tanpa membuat rencana lainnya.
Hingga pada suatu hari si
cicak mati diburu oleh sekawanan anak-anak untuk dijadikan santapan oleh
mereka. Malang benar nasib si cicak, karena dia meninggalkan keluarganya. Si
cicak tidak berpikir meninggalkan “warisan mesin pencari makan” kalau-kalau
terjadi apa-apa dengan dia dan keluarganya.
Lain halnya dengan seekor laba-laba. Setiap hari dia berusaha
membuat sarangnya hingga bagus dan menarik. Dalam proses pembuatan sarangnya
tersebut, dia selalu mendapatkan cibiran dari kawan-kawan sesama hewan. Tapi
hal itu terus dia lakukan hingga dia merasa kelelahan dan akhirnya tertidur.
Beberapa saat kemudian tidak disangka ketika si laba-laba terbangun, dia
mendapatkan serangga-serangga yang siap dia santap.
" kisah
si cicak menggambarkan rutinitas seorang karyawan yang setiap hari hanya
melakukan aktivitas rumah-kantor-rumah-kantor, tanpa dia merencanakan masa
depan dia dan keluarga mau dibawa ke mana? Sehingga ketika dia sudah mendekati
pensiun, karena dia tidak menciptakan “mesin uang” berupa bisnis dan investasi,
maka dia terus bekerja menafkahi keluarganya hingga dia mati."
" Lain halnya
dengan si laba-laba yang menggambarkan seorang pebisnis yang tekun membuat
“mesin uangnya” agar ketika dia tua dan pensiun, mesin uang ini akan bekerja
untuk dia. Ketika sudah masuk usia benar-benar pensiun, pebisnis ini
tidak akan khawatir karena dia sudah merencanakan masa depannya mau
seperti apa."
0 komentar:
Posting Komentar
Sebelum Menutup blog ini, berikan komentar dahulu ya... Dan ingat jangan memberikan komentar dengan kata-kata yang kasar... ^_^